This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Sabtu, 01 Desember 2012

susan tubuhmu begitu indah

Kehidupan itu ada pasang surutnya, ketika saya sedang jaya, saya mempunyai client yang lumayan banyak untuk ukuran AE pemula di sebuah advertising.

Dan dengan ketekunan saya, perusahaan tempat saya bekerja mengalami kemajuan

pesat hingga mencapai Top 5 billing di semua stasiun TV. Dan kemudian bencana datang, Perusahaan tersebut bangkrut karena miss management.

Ditengah kesusahan datanglah tawaran dari Nancy, junior saya yang telah

pindah ke Gokil Advertising, dan mengenalkan saya dengan Ibu Susan, pemilik

perusahaan tersebut. Ibu Susan dipertengahan abad usianya, masih mempunyai tubuh yang terawat

dengan baik, body-nya tidak kalah dengan gadis-gadis yang masih muda yang

menjadi anak buahnya di Gokil Advertising.

Karena prestasi kerja saya yang baik, kami sering mengadakan meeting after

hours, dan progress kerja saya yang baik, membuat kami cukup akrab..tapi

pada suatu malam ada kejadian yang benar-benar mengubah hidup saya! Begini

anak-anak ceritanya..

Suatu malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah memaparkarkan pendekatan saya terhadap satu perusahaan rokok

terkemuka, dan kemudian tiba-tiba Ibu Susan berkata,

"Waduh, kog punggungku gatal ya?"

Saya masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat menolongnya,

takut nanti dianggap kurang ajar!

Semakin lama gatalnya sepertinya semakin bertambah,

"Tolong Dik Uki, bisa garuki punggung Ibu?"

Saya mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang ingin sekali

rasanya mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang cantik dan keturunan

bangsawan ini..

Saya garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap punggungnya

saja, takut kalau Ibu Susan kesakitan.

"Dik Uki, agak keras dikit, masih gatal lho Dik", pinta Ibu Susan.

Dan saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.

"Dik Uki, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer saya."

Dia langsung membuka blazernya, sehingga tinggalblouse-nya yang putih

dan transparan. Waduh semakin tidak tahan nih saya, karena kulit tengkuknya

yang mulus dengan sedikit rambut lembut yang tergerai di tengkuknya (Dia kalau ke kantor

selalu rambutnya disanggul di atas), semakin menambah feminin, dan semakin

membikin saya langsung terangsang.

Saya menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung mengusap atau

membelai punggungnya, karena saya menikmati kehalusan kulit seorang bangsawan

yang berada dibalik bajunya yang tipis. Saya usap seluruh punggungnya dengan

pelan, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan, terkadang tangan saya,

saya telusupkan di bawah ketiaknya, untuk menggapai payudara yang di depan.

Dia menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke

kiri dan ke kanan, sambil suaranya mendesah,

"Uuhh enak Dik Uki.. enaakk..uuhh.."

Mendengar desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak tugu Monas.

Sekujur tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum listrik yang

halus merambat di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku. Tenggorokanku

terasa kering, dan susah bicara, karena nafsuku yang langsung menggebu.

Baru kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bangsawan yang bersih,

terhormat dan sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain suaminya.

Karena Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil memijit-mijit

punggungnya, batang kemaluanku langsung kutempelkan di punggungnya yang

lembut seperti sutera. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke punggungnya

dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,

"Uughh, enachh Dik, enaak, terus Dik."

Dia membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang

kencang dan kenyal. Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya

dengan lembut, dan kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan lembut.

Aku sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini harus

dengan lembut dan dengan menggunakan perasaan.

Kucium tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan kepalanya

ke atas, matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis terbuka sedikit,

dan mulutnya hanya bergumam, "Emm." Aku tahu itu artinya dia sangat menikmati.

Tanganku, kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan kulingkari

masing-masing payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku tidak sentuhkan

tanganku ke pentilnya, untuk memberikan sensasi yang sangat halus dan perlahan.

Beberapa kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya, kemudian perlahan-lahan

tanganku kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan wajahnya, dan kucium

keningnya dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan kelembutan nafasnya di

wajahku, bibirnya yang tipis masih mengeluarkan gumaman yang lembut,

"Dik Uki.. emm.. eemm.."

Dengan perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara memutar

kursinya, dan saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan, kini aku

dan Dia sudah berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel ke dadanya,

dan aku bisa merasakan kekenyalan susunya, dan saya membayangkan betapa indahnya bukit kembarnya.

Tanganku kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku kuusapkan ke pantatnya

yang juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang pundakku

dengan lembut, kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan matanya..

waduh, jernih dan indah menatap mataku tanpa berkedip. Kusentuh bibirnya

dengan lembut, kuusapkan perlahan bibirku ke bibirnya. Dia memberikan

reaksi dengan mengencangkan dekapannya ke pundakku dan dadanya ditempelkan

lekat ke dadaku, tanganku kudekapkan semakin erat ke pantatnya dan agak

kutarik ke atas pantatnya, sehingga kakinya agak diangkat ke atas. Waduh

ciumannya sangat lembut, perlahan-lahan kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia

memberikan reaksi yang sama, menyapukan lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku

mulai mengusap-usap punggungnya naik turun dengan lembut. Aku menikmati sekali

kehalusan kulit punggungnya.

Setelah aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku perlahan-lahan

kuarahkan ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri

dan ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak memburu, dan

mulutnya masih bergumam,

"Mmm.. uhh.."

Ciumanku mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing blousenya yang di depan dengan mudah kubuka

satu persatu, sehingga tersingkap sudah BH hitam yang menyangga dua buah

payudaranya yang padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya

dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara

yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya

juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya

dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya permainanku.

Kedua tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak

terjerembab ke belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di atas payudara.

Aku sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi pentilnya.

"Diik..Ukii.. uugghh.. sstt", sambil mulutnya berdesis kenikmatan.

Blousenya yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan kulepaskan, sehingga

pemandangan kemulusan dan kemolekan tubuh Dia terpampang jelas di

hadapanku, dan terkena sinar lampu down light kekuningan yang berada di

langit-langit tepat di atas kami berdua, menambah romantisnya suasana malam

itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas

sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai

mengeras.

Tanganku mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka tali BH yang

ada di punggungnya. "Click" sekali jentik langsung terbuka pengait BH-nya.

dengan pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya, akhirnya BH-nya kulepas.

Woow, terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang kuning dan

bersih dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak. Aku sudah sangat

terangsang tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap payudaranya dari sebeleh

bawah dengan tangan kananku, tangan kiriku masih mendekap punggungnya untuk

menjaga agar Dia tidak terjatuh, dan kucium payudaranya, berkeliling

mengitari pentilnya, dan tangan kananku masih mengusap-usap sebelah luar

payudara, tapi dengan gaya agak memeras. Kedua tangan Dia memegang erat pundakku tanda sudah semakin gemes, untuk dicium pentilnya.

Karena aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut kukulum pentilnya.

Dan reaksinya,

"Aaaughh, uuhh..ss.. uuhh",

Dia melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan yang dinantikannya telah tiba.

Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap lembut dan

terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya dengan lidahku,

dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap meremas-remas lembut payudaranya.

Setelah aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan bergantian, kulepaskan

bibirku dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke seputar perutnya

yang datar dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut dan semerbak.

Ketika mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela napas lega dan

baru bisa bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan agak sedikit

jongkok. Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan lidahku. Dia

menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau karena sudah sangat

terangsang, Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang

duduk di meja kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati

pusarnya dan perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap

rambut kepalaku dengan tidak beraturan, terkadang meremas, menjambak dan

mengusap rambutku. Sehingga rambutku sangat kacau.

Puas dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya. Untungya

meja kerja Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya, sekaligus

dengan CD-nya. Sekarang tampak di hadapanku seorang putri yang kuning, bersih,

dengan kaki dan betis yang aduhai indah, terbujur pasrah di hadapanku.

Kunikmati tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa membayangkan

keindahan tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat memandangnya. Tapi ternyata

malam ini apa yang kudapatkan jauh dari yang kubayangkan. Seorang wanita

dengan tubuh montok dan kuning mulus, dengan kaki dan betis ramping. Dua

buah dada yang tidak terlalu besar, tapi bulat, padat dan kencang, sehingga

cocok dengan kesan payudara seorang putri. Bentuk lengan dan bahu yang padat

bulat dan berisi.

Dia telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri. Aku mencium

pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan lembut. Kedua

tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya bergerak-gerak

dengan halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan tanganku kugerakan

dari susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar perutnya dan bergerak turun

ke bawah mengusap pahanya. Paha yang selama ini hanya bisa kupandang. Aku

usap pahanya naik turun dengan tetap mulut kami masih saling memagut.

Erangan-erangan kecil keluar dari mulut Dia,

"Ugh.. ugh.. emm.. emm.."

Tanganku bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar bibir kemaluannya.

Dengan perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan tanganku

untuk mengelus kemaluannya. Tetapi kemaluannya belum kuelus, hanya kedua

selangkangan saja yang aku belai dengan kedua jari telunjuk dan jari manis

bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik turun, dan Dia menambah

kecepatan gerakan kakinya. Dengan pelan Dia mengangkat pantatnya,

sehingga kemaluannya juga ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku dapat

segera mengelus kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang

kubuat serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku,

membuat gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku

semakin tinggi.

Kubelai rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi. Setelah

puas memainkan sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah semakin

terbuka dan semakin basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit ujung dari

jari tengahku dengan lembut dan.. "Uuhhgh", lenguhan Susan kenikmatan.

Gerakan kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku dijepit

dengan kedua pahanya.

"Diik Ukii.. aakkuu.. nggakk.. taahh.."

Kemudian tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku segera menaiki

tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga kedua kakinya terjuntai,

kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan tidak sabar. Aku

sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya merah seperti

bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.

Kugesekkan batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya, dan Dia

mengerang lagi,

"Uugghh.. uughhg.."

Kumasukkan dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya. Belum sampai habis masuk semua, kutarik kembali dan

kumasukkan kembali. Dengan gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin tidak beraturan.

Untuk melayani tipe seperti Dia ini, kugunakan gaya gesekan 5:1, artinya

lima kali keluar masuk setengah batang kemaluan, baru sekali masuk seluruh

batang kemaluan. Dan pada saat masuk yang seluruh batang kemaluan, erangan

Dia semakin hebat. Dengan gaya lembut dan 5:1 ini kami bisa saling

menikmati.

"Uuugghh.. acchh.. Diikk.. Ukii.. ucchh.. sstt.. uhh.."

Erangan erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu yaitu Enak.

Sambil kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan leluasa meremas

kedua susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung sodokanku.

Kadang-kadang tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang mengusap perutnya.

Setelah cukup lama aku melakukan genjotan 5:1, tiba tiba kedua paha Ibu

Susan diangkat dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya mendekap diriku,

mulutnya sedikit menganga dan mendesis..

"Diikk..Uuu..Ki.. saa..yaa saampaaii.. uuhhff."

Kupegangi pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang kemaluanku. Setelah Dia selesai mengejang

an nafasnya tersengal-sengal, aku mulai lagi dengan genjotan, tetap dengan gaya 5:1.

Dia melenguh, "Uuff.. uff.. uuff.. Dik Uki beluumm yaa. Ayo donk.. uff.. uff jangan ditahaan.. uuff.. ugh.."

"Sebentar Bu!" kataku.

"Dik.. uhff, ceepetan dikit.. Dik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau uhgf uff uff.. keeluar.. laa.. ggii.."

"Sebentar Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai.."

Tiba-tiba ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke arah kemaluanku dan semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan balon yang ditiup dan mau pecah.

"Aachghh.. accghh.. Buu.. Sussann.. aku mmau keluarr.."

Dia memegang erat tubuhku dan

"Crret.. crrett.." keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku dan "Aaachh.."

Kami berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah.

"Dik Uki, makasih ya Dik, kamu telah memberi saluran yang selama ini tersumbat."

Aku sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan, ternyata

aku bisa menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama ini orang

luar sangat menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu pasrah

menyerahkan tubuhnya kepadaku.

Jam telah menujukkan pukul 22.00 ketika permainan kami usai, dan kami berdua

segera masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan badan kami masing-masing.

Dan sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu membantu membersihkan cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu merapikannya. Sambil merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,

"Bu meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai lagi",

Dia hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku.

Hal tersebut kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor ataupun di hotel,

tapi rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling menjaga rahasia.

Dan kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai atasan

yang berwibawa, profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan

menggelinjang-gelinjang di bawah selangkanganku.

Untuk lebih mengakrabkan hubungan kerja di kantor, teman-teman kantor

mengadakan acara pergi bersama ke tempat santai, yaitu di daerah pegunungan yang berhawa

dingin. Semua teman-teman kantor pada ikut, tidak terkecuali Dia.

Namun aturannya, bahwa semua karyawan dan karyawati harus ikut dan tidak

boleh bawa pacar, biar lebih bebas (pada saat itu kami semua belum berkeluarga,

kecuali Dia tentunya). Hanya Dia saja yang diperkecualikan untuk

membawa keluarga (dalam hati aku sangat kecewa, karena tidak bisa bebas

mendekati Dia, karena takut ada suaminya).

Pada hari Jum'at sore, setelah selesai tutup kantor, kita semua sudah berkumpul

di kantor untuk berangkat ke Puncak. Semua yang berangkat ada 17 orang

cowok-cewek termasuk aku, dan Dia bersama suaminya dengan membawa

2 anak kecil, yang ternyata keponakan Dia. Dalam hatiku kejengkelan

bertumpuk, karena Dia sudah bawa suami, tambah keponakan lagi, wuaahh

repot, pikirku saat itu. Untuk membawa ke Puncak, sudah dipersiapkan tiga mobil Panther yang dipakai

oleh karyawan dan satu Kijang yang dipakai oleh keluarga Dia, masing-masing

mobil sudah disediakan supir.

"Kalau 3 mobil nggak cukup, satu orang boleh dech ikut saya, atau biar Dik Uki saja yang ikut mobil saya", kata Dia kepada teman-teman, matanya sambil melihatku.

"Cerdik juga boss yang satu ini", pikirku, dan sangat halus sekali triknya.

Agar Dia tetap dekat denganku, tapi tidak terlalu mencolok, makanya pura-pura menawarkan tetapi langsung

menutup penawaran kepadaku.

"Ayo siapa yang ikut mobil Dia, biar aku yang di Panther aja", kataku pura-pura menawarkan kepada teman-teman, karena

aku tahu, pada tidak ada yang berani satu mobil dengan Dia, rata-rata

mereka pada sungkan.

"Udah dech, biar Uki aja yang ikut, sekali-kali kita kerjain, biar tahu rasa, gimana rasanya satu mobil dengan Dia, mungkin sampai di tempatnya UKi sudah tegang nggak bisa bergerak", kata Nancy temanku

sambil tertawa kecil mau mengerjai aku.

"Ya bener, sampai di tempat aku bisa tegang, tapi bukan tegang karena sungkan, tapi tegang karena nggak

tahan aja berdekatan dengan Dia", kataku dalam hati, dan yang tegang

hanya tertentu saja, tidak seluruh badan.

"Jangan aku dong, yang cewek aja", pintaku berpura-pura.

Tapi teman-temanku langsung lari berebut mobil masing-masing, an akhirnya aku jalan juga ke mobil Dia, dan sekali lagi pura-pura mengumpat mereka.

Suami Dia hanya senyum-senyum melihat kelakuan kami. Oh ya, aku belum

kenalin sama suami Dia. Namanya sebut saja Pak Jimmy, orangnya besar,

gagah dan ganteng (kata teman-teman cewek) dan agak pendiam. Wajahnya mirip

dengan Rudi Salam. Pak Jimmy duduk di jok depan dengan supir. Sedangkan Dia, kedua keponakan
yang masih kecil dan aku duduk di jok tengah. Jok belakang penuh dengan

perbekalan. Begitu aku duduk di mobil, pertama yang kulakukan adalah

mempelajari situasi mobil. Posisi kaca spion, dan posisi duduk supir dan posisi duduk

Pak Jimmy. Sekiranya memungkinkan untuk melakukan serangan awal terhadap

Dia. Dan ternyata masih memungkinkan kalau hanya sekedar serangan-serangan

ringan. Sorry agak kampungan sedikit melakukan serangan ringan di mobil,
habis kukira siapa pun akan sayang membiarkan tangan ini tidak bersinggungan

dengan kemulusan tubuh Dia yang memang sintal, padat dan berisi.

Di perjalanan, Pak Jimmy banyak membaca buku, jadi tidak banyak pembicaraan

kami dengan Pak Jimmy. Dia duduk di sebelah kanan, aku duduk di sebelah

kiri, dan kedua keponakan duduk di antara kami. Sehingga kami cukup leluasa

kalau hanya melakukan cubitan-cubitan kecil di pinggang Dia, kadang

sedikit elusan di pantatnya, maupun pinggangnya. Tapi sebaliknya, tangan

Dia terkadang juga memberikan cubitan halus di pinggangku. Dan setiap

kali aku dicubit, rudalku langsung sudah siap mencari sasaran (maklum usia

masih dalam taraf Pandangan Hidup!Baru memandang sudah hidup).

Setiap kali kusentuh pinggang atau pantatnya, kelihatan Dia agak menghela

nafas, dan wajahnya menunjukkan sedikit tegang. Memang kuakui kalau Ibu

Susan itu tegangan tinggi juga. Tidak ada yang istimewa yang perlu diceritakan

dalam perjalanan, karena jarak kantor kami dengan Puncak tidak lebih dari

50 km, sehingga perjalanan cukup ditempuh tidak lebih dari 40 menit.

Menjelang Maghrib kami semua sudah sampai di Hotel, setelah mandi dan istirahat

sebentar, malam kita gunakan untuk bercanda ria dan menikmati santap malam

Kambing Guling. Kami semua menikmati acara tersebut, kecuali Pak Jimmy.

Dengan alasan mengantuk, maka Pak Jimmy tidak ikut bersama-sama dengan kami.

Dia lebih suka makan di kamar dan akhirnya tertidur. Tinggallah kami semua

dan Dia bercanda ria.

Setelah selesai makan, kami berpencar berkelompok-kelompok. Ada yang bercerita

berkelompok, ada yang jalan-jalan menikmati malam, dan ada yang sekedar

memainkan gitar, dengan lagu-lagu tahun 70-an.

Dia memberi kode ke aku untuk mendekat, dan dia berbisik,

"Dik Uki, anterin saya jalan ya."

"Lha Pak Jimmy?" tanyaku terkejut.

"Udah dech, nggak usah pikirin Pak Jimmy, dia sudah tidur."

"Bu, Pak Jimmy bener sudah tidur?" tanyaku menyelidik.

"Ya begitulah suamiku, dia lebih suka menyendiri dan pasti dia sudah tidur",

kata Dia.

Kami berjalan berdua, dan kami saling membisu. Aku masih diliputi perasaan

takut kalau suaminya tahu, dan pikiranku terus berputar, kuajak kemana ibu

Susan ini.

"Kalau tahu kita berdua gini, gimana Bu", tanyaku memecah kebisuan.

"Dik Uki nggak usah takut, dia percaya kok sama kamu, dikirain kamu kan

masih kecil, masak mau ngapa-ngapain sama aku."

"Ya masih kecil, tapi si kecil ini kan sudah bisa gede, dan bisa membuat

anak kecil", jawabku menggoda.

Dia hanya terseyum dan mencubit pinggangku. Kutangkap tangannya dan

kutarik badannya, sehingga kami jalan berdekapan.

Aku berjalan di sebelah kiri Dia, sehingga tangan kananku dengan leluasa

mendekap pundak Dia, untuk melindungi dari hawa malam yang cukup dingin.

Kami berdua berjalan, aku tahu betul liku-liku jalan di Puncak ini, maka

kubawa Dia di tempat yang sangat aman. Kudekap badannya, kubelai-belai

punggungnya, sambil sesekali kucium telinganya. Perempuan cantik ini mendesah

mengeratkan dekapannya ke tubuhku.

Tangan kiriku mengusap-usap buah dadanya yang kenyal dan padat di balik

baju sweaternya, dan sedikit kuremas, sedangkan tangan kananku untuk meremas

pantatnya yang bundar dan padat. Ciumanku berkali-kali kudaratkan pada tengkuk

dan belakang telinganya. Turun ke pipi, dan akhirnya kami saling berhadapan

dan berdekapan. Kuciumi dengan halus pipinya, turun ke bibirnya. Kukulum

lidahnya, dan bibir kami saling berpadu. Nafas kami berdua sudah

mulai tidak beraturan.

Kedua tanganku kudekapkan erat di punggung Dia, tangan kiriku kugunakan

untuk mendekap pantatnya dan sedikit kutekan, sehingga kekenyalan batang

kemaluanku dapat dirasakan oleh kewanitaannya, dan aku mulai geser-geserkan

kemaluanku di kewanitaannya. Sedangkan tangan kananku kutelusupkan di bawah

sweaternya, untuk mengusap kulit punggungnya yang halus, lembut dan sudah

mulai hangat oleh birahi.

Udara malam semakin dingin, tetapi badan kami berdua sudah semakin panas.

Kami berdua sudah tidak tahan untuk tidak menyelesaikan permainan ini, karena

serangan-serangan awal sudah dimulai sejak tadi sore, ketika dalam perjalanan.

"Dik Uki kita cari tempat yang enak aja Dik", bisik Dia sambil mendesah

menahan birahi.

"Nanti kelamaan, Bu? gimana kalau Pak Jimmy bangun?"

"Dik Uki tenang saja, suamiku itu kalau tidur lama kok, dan nggak pernah

bangun, dan nanti seandainya bangun, gampang kok aku cari alasan."

"Oke dech Bu, yuk kita jalan."

Aku bimbing Dia ke arah hotel yang dekat. Aku tahu persis tempat di

sini yang nyaman buat bossku yang cantik. Hanya lima menit perjalanan kaki kami sudah sampai di hotel yang mungil,

tapi sangat bersih dan aman. Kami memesan kamar yang nyaman. Petugas receptionist

sepertinya mengerti benar kebutuhan kami. Tidak banyak pertanyaan dan langsung

mengantar ke kamar yang kami maksud.

Di dalam kamar, setelah pintu kami kunci, Dia langsung melepaskan

baju sweaternya. Sehingga tinggallah kaus singlet yang tipis dengan belahan

dada agak lebar. Dipadu dengan celana jeans ketat di bawah lutut, sehingga

pinggulnya kelihatan sangat bundar dan padat.

Kami berdua langsung berdekapan. Nafas kami berdua sudah memburu. Wajah

Dia agak menengadah, menunggu ciuman. Matanya sedikit terpejam dan

bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Kulumatkan bibir tipis yang sedikit

terbuka. Kuhisap lidahnya, kumainkan lidahnya dengan lidahku dan kueratkan

dekapanku di punggungnya.

Lama kami menikmati ciuman itu. Baru setelah aku puas menikmati bibir yang

tipis, kugeserkan mulutku turun ke lehernya. Aku sangat menikmati ciuman

di leher ini. Karena menurutku leher Dia itu sangat seksi. Lehernya

agak tinggi, dengan kulit yang mulus, dan padat berisi. Sehingga lidahku

menari-nari di lehernya.

"Uhf.. uuhh.. sstt, Diikk Uki, awaas hati-hatii, janggann sampai membekas.."

Nafas Mbak Tatik mulai tidak teratur. Dia ini kalau penampilan luar

sangat anggun dan tenang, tetapi kalau birahinya sudah mulai naik, dia bisa

sangat liar, meskipun tidak sampai teriak-teriak. Dan bossku ini memiliki

tegangan sangat tinggi. Baru disentuh sedikit saja, nafasnya sudah tidak

karuan.

"Mmeemm, jangan khawatirr.. Buu", jawabku menenangkan.

Ciumanku sudah mulai turun ke sebelah atas dari buah dadanya. Kuciumi ke

dua buah dadanya yang ranum, meskipun masih terhalang kaos dan BH. Dia

semakin menengadah, dan kepalanya mendongak ke belakang, dengan mata terpejam,

dan mulut masih bergumam.

"Emm.. uugghh.. Diikk Ukii.. uugghh.."

Kelihatannya Dia sudah mulai tak sabar, dia lepaskan sendiri singletnya,

kemudian BH-nya juga dilepaskan sendiri. Sehingga dengan jelas kedua bukit

bundar, kencang, dengan kedua putingnya yang bulat kecil berwarna coklat

yang sudah tegak. Kedua susunya bergoyang-goyang sebagai akibat goyangan

badannya yang mulai terangsang hebat. Tiba-tiba tangan kanannya memegang kemaluanku yang dari tadi sudah

tegak, dan meremasnya karena sudah gemes.

"Uuhh, mm.. janngan kenceng.. kenceng dong umm, Sakiitt..

mm", teriakku masih sambil menciumi perutnya.

"Sstt.. ggeemess kok.. Diik.. ugghh.."

Karena Dia sering menggerak-gerakkan badannya ke belakang, dan sering

mendongak, maka susunya terlihat bergoyang-goyang, tapi aku harus menahan

badannya dengan kuat supaya tidak jatuh ke belakang. Kuhela Dia dengan kedua

tanganku, dan Dia mendekapkan kedua tangannya di leherku, dia tersenyum

menggoda, kucium susunya, dan sekali lagi dia menggelinjang. Kutidurkan Dia dengan perlahan di atas ranjang. Dia masih memejamkan matanya. Kucium sekali lagi bibirnya, sambil kuusap pipinya dengan tangan

kananku. Aku masih menikmati bibirnya, tapi tanganku sudah mulai bergeser

ke lehernya, turun ke bawah, melingkari lingkaran luar susunya. Kuremas-remas

susunya dengan lembut. Dia semakin menggelinjang. Tangan kirinya mendekap

leherku, dan tangan kanannya menjambak-jambak rambutku. Kedua kakinya
bergerak-gerak tidak karuan di atas ranjang, membuat spreinya sudah tidak beraturan lagi.

Ciumanku kugeser ke leher, dan terus turun ke bawah, kulingkari kedua

payudaranya dengan ciumanku. Aku cium payudara kiri, sedangkan payudara yang sebelah

kanan tetap kuremas-remas dengan tangan kananku.

"Uuughh.. hh.. sstt.." desis Dia menahan rangsangan.

Kuhentikan ciumanku sebentar, karena aku mau melepaskan Jeans-nya. Gila, sepasang kaki indah

dibalik celana jeans mulai kelihatan. Kuturunkan perlahan-lahan celana

jeans-nya, dan akhrinya CD-nya juga kuturunkan sekalian. Nampaklah kemaluan Dia

yang padat berisi dengan belahan indah di tengahnya. Rambut halus dan hitam

pekat menghiasi kemaluannya, kontras dengan warna kulit kemaluannya yang

kuning langsat.

Aku kembali menciumi sekeliling pusarnya, dan kumainkan pusarnya dengan

lidahku, sementara tangan kananku membelai kedua pahanya, yang padat dan

mulus. Kuusap-usapkan dengan lembut kedua pahanya, dan selangkangannya.

Selangkangan yang kanan dengan jari manis, dan selangkangan kiri dengan

telunjuk, kuusapkan secara bersama-sama. Kulingkari sekitar kemaluannya

dengan jari-jariku. Aku selalu menghindari untuk menyentuh

klitorisnya sampai menunggu waktu yang tepat.

Kedua kakinya bergoyang-goyang tidak karuan, pinggulnya juga bergoyang-goyang

naik turun, minta klitorisnya disentuh, tapi aku tetap hanya menyentuh tepian

dari kemaluannya dengan lembut. Setelah puas menciumi pusarnya, kunaikkan

bibirku kembali menciumi lingkaran susunya, baru setelah puas, bibirku

kusentuhkan dengan pentilnya, bersamaan dengan jari tengahku menyentuh klitorisnya.

Menerima perlakuanku seperti itu, dia langsung menarik nafasnya lega, seakan

terpenuhi apa yang diharapkan selama ini, sampai melenguh,

"Uuugh nikmat Dikk Ukii.. uughh.. enakkghk sekali..hhnn sstt.."

Bersamaan dengan lenguhan tersebut, Dia mengeratkan dekapannya di

leherku, dan tanganku dicepitnya dengan kedua kakinya. Liang kemaluannya

telah sangat basah dan sudah sangat merekah, seakan-akan sudah menunggu

pisang yang akan dilahapnya.

Aku masih mengulum pentilnya bergantian kiri dan kanan, sementara ujung

jari tengah tangan kananku masih membelai-belai kitorisnya dengan lembut.

Dalam mengusap klitoris ini harus hati-hati, jangan sampai penuh dengan

tekanan, hal ini sangat disukai oleh Dia. Kedua kakinya sudah tidak

menjepit tangan kananku lagi, tetapi sudah telentang, sehingga liang

kemaluannya merekah dengan lebar, dan tanganku dengan leluasa mengusap klitorisnya dan

bibir kemaluannya.

"Uuughhff.. uugghh eff.. Diikk..Ukii.. eennaakk.. sekalii.. Diikk.. uugghff.."

Lenguhannya yang manja, dan merengek-rengek semakin menambah naiknya birahiku.

Aku terus mempermainkan ujung jari tengahku di klitorisnya, dan kurasakan

kewanitaannya semakin basah.

"Diik.. Ukii.. uugghff masukiin, Dik.. akuu sudaah tiidakk tahaan.. uugghhff.."

Rengeknya dengan memelas, kuhentikan ciumanku dan kuhentikan juga usapan di klitorisnya. Aku berdiri dengan kedua lututku di antara selangkangannya, kuletakkan kedua kaki Dia di pundakku,

dengan perlahan-lahan kuusapkan kepala kemaluanku dengan bibir kemaluannya.

Kelihatannya dia sudah tidak sabar untuk menerima batang kemaluanku di liang

kemaluannya, karena kedua tangannya memegang pantatku dan menekan pantatku

masuk ke lubang kemaluannya.

Kumasukkan perlahan-lahan batang kemaluanku memasuki laing kewanitaannya.

Mulai dari kepala terus perlahan akhirnya sampai mentok habis ke pangkalnya.

Dia sangat menikmati masukan pertama batang kemaluanku. Pada saat

batang kemaluanku memasuki lubang kewanitaannya dengan perlahan, dia sangat

menikmati dan mengerang dengan lenguhan yang tak berarti.

"Uuugghh.. uuhhgghh",

seakan-akan merasa sangat lega, bagaikan orang haus di padang pasir, diberi air es yang sangat dingin.

"Uugghh.. eehh.."

Kugeser-geserkan batang kemaluanku ke seluruh permukaan liang kemaluannya ke kiri dan ke kanan. Tetap dengan gaya yang khusus buat Dia, yaitu 5:1.

Pada saat 5 tusukan pertama, di mana hanya setengah batang kemaluan yang

masuk ke liang kemaluan, dia menikmati rangsangan yang ada sekeliling permukaan

liang kemaluan, maka dia hanya bergumam, "Eeemm eemm.. sstt.. eemm.."

namun pada saat 1 tusukan terakhir, di mana seluruh batang kemaluan masuk

ke dalam dan menyentuh dasar liang kemaluannya yang menikmatinya dan

mengencangkan jepitan lubang kemaluannya ke batang kemaluanku, kedua kakinya menjepit

leherku, dan kedua tangannya meremas sprei dengan kencang, dan semua badannya

kelihatan mengejang, dan keluar lenguhan berat dari mulutnya

"Uughh..uugghh.. ennaggk Diikk..Uki.. eennakgg.."

Kami terus gunakan gaya 5:1 ini berulang-ulang sampai akhirnya..

"Diikk.. Uki.. akuu suudahh tiidaak kuatt..akuumauu.. keeluuarr.."

"Seebenntarr.. Buu, aakuu.. juggaa mauu keleuaarr.." jawabku.

Dan untuk menjaga agar kami tetap keluar bersama, maka aku sedikit kencangkan

genjotanku ke liang kemaluannya, dan tiba-tiba.. liang kemaluan Dia

bergerak-gerak, menghisap batang kemaluanku. Nah ini yang kutunggu, hisapan

an sedotan liang kemaluannya sangat kuat di batang kemaluanku, dan tiba

-tiba..

"Diikk.. Ukii.. aakuu keluuarr.."

dan dalam waktu yang bersamaan, batang kemaluanku juga terasa mau jebol dan..

"Aauughh.. crreett.. creett.. creet",

tumpah semua cairan di tubuhku di liang kemaluannya,

dan liang kemaluannya masih bergerak-gerak menghisap batang kemaluanku dan

memberikan sensasi yang tidak dapat terlupakan.

Badan kami berdua lemas sekali dan berkeringat. Aku suka sekali melihat

badannya basah oleh keringat, menambah keseksian tubuhnya. Kami berdua

berdekapan sebentar, dan akhirnya bersiap-siap kembali ke teman-teman.

Semenjak saat itu tidak ada tempat yang tidak kami coba untuk jelajahi,

untuk melepas kerinduan kami "menjelajahi" tubuh masing-masing! Sampai

sekarang, saya telah menjadi salah seorang direktur dan mendapatkan saham yang cukup

lumayan! Hidup adalah seperti roda, saya telah mengalaminya!


sumber

ine pembantu imut ku

Namaku Andi, aku mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, aku kenal seks baru sejak SMP. Aku senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.

Awal aku mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja aku buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.

Kusetel film yang berjudul.. apa ya? aku lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu aku belum banyak tahu). Aku cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi aku tidak begitu penasaran. Nah, saat itu aku baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.

Dan aku ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika aku masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. Aku itu suka sama wanita imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).

Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau aku sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal aku hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.

Lambat laun karena aku sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mandi. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari aku nekat. Kupanggil dia untuk pijati aku, oh iya nama dia Ine.

"Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi", kataku.

"Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung", jawabnya.

"Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya."

Cihuy, dalam hati aku bersorak. Nanti mau tidak dia ya aku ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,

"Permisi Mas", ketoknya.

"Masuk aja Ne, nggak dikunci kok", lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.

Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.

"Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?" tanyaku.

"Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya", jawab dia.

"Sekarang kamu umur berapa?" tanyaku lagi.

Dia menjawab, "Umur saya baru mau masuk 12 Mas."

"Udah gede dong ya", kataku sambil tersenyum.

Lalu aku membalikkan badan, "Pijitin bagian dadaku ya.." pintaku sambil menatap memohon. "Iya mas", katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi aku bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan aku juga menikmati wajahnya yang masih polos itu. Begitu dia selesai memijati dadaku, aku langsung bilang, "Pijitan kamu enak", terus aku nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. Aku kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengsn ibuku. Gimana nich? aku langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok aku minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. Aku langsung bicara saja dengan dia.

"Ne.. yang kemaren itu maaf ya.. Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya."

"Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut", kata dia.

"Iya saya janji", jawabku.

Sebulan setelah peristiwa itu memang aku tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas aku sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku. Eh, pas aku lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi aku bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku menemukan ide, besok saja aku masukkan obat tidur di minumannya. Dan aku menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.

Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, aku minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke aku. Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,

"Ne.. kok tehnya rasanya aneh sih?"

"Masa sih Mas?" kata dia.

"Cobain saja sendiri", dia langsung minum sedikit.

"Biasa saja kok Mas.." katanya.

"Coba lagi deh yang banyak", kataku.

Dia minum setengah, terus aku bilang,

"Ya udah yang itu kamu abisin saja, tapi buatin yang baru."

"Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak", jawabnya.

"Nggak apa-apa kok", jawabku lagi.

Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga aku bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu aku mulai membukan bajunya, gile.. aku deg-degan, soalnya pertama kali nich! Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya. Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan aku juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya aku melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.

Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah aku mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati. Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, aku sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan aku melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya aku melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, "Sshh.." begitu. Aku kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika aku jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.

Nah sekarang aku dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya aku jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. Aku kasihan tapi aku sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya aku tidak tega. Aku pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, aku melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh aku menyesal atau tidak.

Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. Aku jadi kepikiran terus. Setiap aku apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama aku. Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi akunya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.

Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XX yang aku dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.

Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.

"Mas Andi, jangan Mas" mohonnya.

"Tidak apa-apa lagi Ne.. Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya", kataku.

Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.

"Jangan coba-coba teriak ya!" hardikku.

Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.

"Cobain enaknya deh.." kataku.

Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.

"Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus", kataku.

Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. "Enak kan?" kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.

"Tolong pegangin anuku donk.. dipijitin ya.." pintaku.

Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,

"Mas mau ngapain?" tanyanya.

"Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja" jawabku.

Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. "Tuh kan enak", kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,

"Jangan Mas, saya masih perawan."

"Saya juga tau kok kamu masih perawan", jawabku.

Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.

"Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang", kataku.

Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.

"Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?" tanyaku.

"Iya deh Mas, lewat pantat aja ya.. tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?" jawabnya.

"Tidak apa-apa kok", jawabku.

Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.

Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.

"Sslleb.. ahh.. enak sekali", jepitan pantatnya sangat kuat.

"Aduh.. Mas, sakit Mas.." rintihnya.

"Tahan sedikit ya Ne.." kataku.

Langsung saja kugenjot. "Gile banget, enaknya minta ampun.." Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.

"Udahan ya Mas, saya sudah cape.." pintanya.

"Bentar lagi kok", jawabku.

Setelah itu langsung kutindih saja badannya.

"Lho Mas mau ngapain lagi?" tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.

"Tahan dikit ya Ne.." kataku.

Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.

"Ine.. sorry ya.. tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan.." tanyaku.

Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.

Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.

"Inget ya Ne.. kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya.."

Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.


sumber